Entri Populer

Rabu, 22 Februari 2012

SOSIOLOGI ( Masyarakat Primitif )

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga tugas Karya Tulis ini dapat terselesaikan tanpa suatu halangan dan rintangan yang cukup berarti.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan Islami..
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT.
Saya menyadari walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun Karya Tulis sederhana ini, tetapi masih banyak kekurangan yang ada didalamnya. Oleh karena itu, segala tegur sapa sangat saya harapkan demi perbaikan tugas ini. Saya berharap akan ada guna dan manfaatnya Karya Tulis ini bagi semua pembaca. Amin.


Kendari, .......….......…......... 2012

Penulis



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB   I       PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah..................................................................... 1

BAB   II      PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.     Pengertian Masyarakat Primitif (primitive society)........................ 2
B.     Mengetahui Kehidupan Primitif Suku Kubu Anak
Dalam di Jambi ............................................................................. 2

BAB   III    PENUTUP............................................................................................. 5
A.     Kesimpulan..................................................................................... 5
B.     Saran .............................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 6




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masyarakat primitif disebut juga masyarakat sederhana, di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya belum mengalami perkembangan yang berarti, bahkan terbatas hanya berhubungan dengan usaha mencari dan menghasilkan bahan makanan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sehingga hasil produksi yang dihasilkan oleh masyarakat primitif masih sangat rendah. Masyarakat primitif umumnya memiliki mata pencaharian berburu karena belum mengenalnya system jual beli ataupun barter. Sehingga saling ketergantungan antara satu sama lainnya disini hamper tidak pernah terjadi mereka lebih mementingkanmasalah mereka masing-masing.
Masyarakat ini terdiri dari beberapa kelompok yang anggotanya terbatas hanya beberapa puluh sampai beberapa ratus orang saja, bertempat tinggal terpencil jauh dari hubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat primitif ini sangat jarang berhubungan dengan masyarakat lain, karena umumnya terisolasi dengan keadaan alam, sehingga sulit untuk dijangkau. Mereka secara turun temurun hampir tidak mengalami perubahan semenjak zaman nenek moyannya hingga sekarang ini. Sulitnya menjangkau kehidupan masyarakat primitif menyebabkan mereka terasing dengan dunia luar, sehingga tidak ada pengenalan terhadap pembelajran membaca dan menulis sehingga pemahaman mereka hanya sebatas pemahaman lisan yang di dapat secara tradisi atau turun-temurun. Kehidupanmereka juga homogen sehingga dan belum banyak terjadi diferensiasi social yang tegas, begitu pula halnya solidaritas masyarakat bersifat solidaritas mekanik dimana setiap anggota masyarakat merupakan bagian-bagian tersendiri yang terlepas dari pekerjaan masing-masing yang hampir tidak berhubungan dengan pekerjaan dengan anggota masyarakat lain.
Selain itu masyarakat primitif juga belum mengenal adanya listrik, biasanya mereka hidup hanya mengandalkan cahaya matahari dikala siang dan malam tiadak ada penerangan sama sekali, mereka juga menganut agama yang telah dianut oleh nenek moyangnya terlebih dahulu agama mereka dapat secara turun-temurun dan jarang sekali ada masyarakat primitif yang mau melanggar apa yang telah digariskan olehnya karena pemikirannya masih sangat kolot, sehingga hal-hal yang diangap tabu menjadi sesuatu yang sangat dipantang oelh mereka. Begitulah sekilas kehidupan masyarakat primitif yang mungkin sampai di zaman globalisasi seperti ini orang-orang seperti mereka masih ada walaupun jumlahnya tidak banyak dan tedapat di daerah tertentu saja.
1.2 Rumusan Masalah
A. Pengertian Masyarakat primitif (primitive society)
B. Mengetahui Kehidupan Primitif Suku Kubu Anak Dalam di Jambi 


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Masyarakat primitif (primitive society)
Menurut (Wikipedia.com)Masyarakat primitif merupakan sekumpulan individu yang  belum mengenal dunia luar atau jauh dari peradaban.

B.     Kehidupan Primitif Suku Kubu Anak Dalam di Jambi
Pada awalnya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, Suku Anak Dalam, melaksanakan kegiatan berburu, meramu, menangkap ikan dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan. Namun dengan perkembangan pengetahuan dan peralatan hidup yang digunakan akibat adanya akulturasi budaya dengan masyarakat luar, kini telah mengenal pengetahuan pertanian dan perkebunan.
Berburu binatang seperti Babi, Kera, Beruang, Monyet, Ular, Labi-labi, Rusa, Kijang dan berbagai jenis unggas, merupakan salah satu bentuk mata pencaharian mereka. Kegiatan berburu dilaksanakan secara bersama-sama dengan membawa anjing. Alat yang digunakan adalah Tombak dan Parang. Di samping itu untuk mendapatkan binatang buruan juga menggunakan sistem perangkap dan jerat.
Jenis mata pencaharian lain yang dilakukan adalah meramu didalam hutan, yaitu mengambil buah-buahan dedaunan dan akar-akaran sebagai bahan makanan. Lokasi tempat meramu sangat menentukan jenis yang diperoleh. Jika meramu dihutan lebat, biasanya mendapatkan buah-buahan, seperti cempedak, durian, arang paro, dan buah-buahan lainnya. Di daerah semak belukar dipinggir sungai dan lembah mereka mengumpulkan pakis, rebung, gadung, enau, dan rumbia.
Mencari rotan, mengambil madu, menangkap ikan adalah bentuk mata pencaharian lainnya. Kini mereka juga telah mengenal pertanian dan perkebunan dengan mengolah ladang dan karet sebagai mata pencahariannya. Semua bentuk dan jenis peralatan yang digunakan dalam mendukung dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup nya sangat sederhana sekali.
Bangunan tempat tinggalnya berupa pondok yang terbuat dari kayu dengan atap jerami atau sejenisnya . Konstruksi bangunannya dengan sistem ikat dari bahan rotan dan sejenisnya. Bangunannya berbentuk panggung dengan tinggi 1,5 meter, dibagian bawahnya dijadikan sebagai lumbung (bilik) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Ukuran bangunan sekitar 4 x 5 meter atau sesuai dengan kebutuhan keluarga. Disamping bangunan tempat tinggal, dalam satu lingkungan keluarga besar terdapat pondok tanpa atap sebagai tempat duduk-duduk dan menerima tamu.
Kini terdapat tiga kategori kelompok pemukiman Suku Anak Dalam. Pertama yang bermukim didalam hutan dan hidup berpindah-pindah. Kedua kelompok yang hidup didalam hutan dan menetap. Ketiga adalah kelompok yang pemukimnya bergandengan dengan pemukiman orang luar ( orang kebiasaan )
Cara berpakaiannya pun kini bervariasi, yaitu :
Ø  bagi yang tinggal di hutan dan berpindah-pindah pakaiannya sederhana sekali, yaitu cukup menutupi bagian tertentu saja.

Ø  yang tinggal di hutan tetap menetap, di samping berpakaian sesuai dengan tradisinya, juga terkadang menggunakan pakaian seperti masyarakat umum seperti baju, sarung atau celana,

Ø  yang tinggal berdekatan dengan pemukiman masyarakat luar atau desa, berpakaian seperti masyarakat desa lainnya. Namun kebiasaannya tidak menggunakan baju masih sering ditemukan dalam wilayah pemukimannya.
Asal usul Suku Anak Dalam sering juga disebut dengan orang rimba atau Suku Kubu merupakan salah satu suku asli yang ada di Provinsi Jambi. Suku Anak Dalam dalam hidup berpindah-pindah. Dikawasan hutan secara berkelompok dan menyebar di beberapa Kabupaten, seperti di Kabupaten Batang hari, Tebo, Bungo, Sarolangun dan Merangin.
Sejumlah ahli antropolog berpandangan bahwa Suku Anak Dalam termasuk kategori protom Melayu (Melayu Tua) dari beberapa hasil kajian yang dilakukan, menggambarkan bahwa kebudayaan Suku Anak Dalam yang ada di Provinsi Jambi memiliki kesamaan dengan suku melayu lainnya, seperti bahasa, kesenian dan nilai-nilai tradisi lainnya. Salah satu contoh adalah bentuk pelaksanaan upacara besale ( upacara pengobatan ) pada masyarakat anak dalam hampir sama dengan bentuk upacara aseik (upacara pengobatan) pada masyarakat Kerinci yang juga tergolong sebagai protom melayu.
Di samping itu ada juga yang beranggapan bahwa Suku Anak Dalam adalah kelompok masyarakat terasing berasal dari kerajaan Pagaruyung. Mereka mengungsi kedalam hutan karena mendapat serangan dan tidak mau dikuasai serta diperintah oleh musuh. Di dalam hutan mereka membuat pertahanan. Pendapat ini didasari dengan istilah yang digunakan dalam penyebutan Suku Anak Dalam sebagai orang kubu (Kubu bermakna pertahanan).
Suku Anak Dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya diatur dengan aturan, norma dan adat istiadat yang berlaku sesuai dengan budayanya. Dalam lingkungan kehidupannya dikenal istilah kelompok keluarga dan kekerabatan, seperti keluarga kecil dan keluarga besar. Keluarga kecil terdiri dari suami istri dan anak yang belum menikah.


Keluarga besar terdiri dari beberapa keluarga kecil yang berasal dari pihak kerabat istri. Anak laki-laki yang sudah kawin harus bertempat tinggal dilingkungan kerabat istrinya. Mereka merupakan satu kesatuan sosial dan tinggal dalam satu lingkungan pekarangan. Setiap keluarga kecil tinggal dipondok masing-masing secara berdekatan, yaitu sekitar dua atau tiga pondok dalam satu kelompok.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mereka memiliki sistem kepemimpinan yang berjenjang, seperti Temenggung, Depati, Mangku, Menti dan Jenang. Temenggung merupakan jabatan tertinggi, keputusan yang ditetapkan harus dipatuhi. Bagi mereka yang melanggar akan dijatuhi hukuman atau sangsi sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Peran Temenggung sangat penting karena berfungsi sebagai:
(1) Pimpinan tertinggi (sebagai Rajo),
(2) Penegak hukum yang memutuskan perkara,
(3) Pemimpin upacara ritual,
(4) Orang yang memilki kemampuan dan kesaktian.
Oleh sebab itu dalam menentukan siapa yang akan menjadi emenggung harus diperhatikan latar belakangnya, seperti keturunan dan kemampuan memimpin dalam menjalankan tugasnya.
Kepercayaan Suku Anak Dalam terhadap Dewa-dewa roh halus yang menguasai hidup tetap terpatri, kendatipun diantara mereka telah mengenal agama islam. Mereka yakini bahwa setiap apa yang diperolehnya, baik dalam bentuk kebaikan, keburukan, keberhasilan maupun dalam bentuk musibah dan kegagalan bersumber dari para dewa. Sebagai wujud penghargaan dan persembahannya kepada para dewa dan roh, mereka melaksanakan upacara ritual sesuai dengan keperluan dan keinginan yang diharapkan. Salah satu bentuk upacara ritual yang sering dilaksanakan adalah Besale (upacara pengobatan).
Suku Anak Dalam meyakini bahwa penyakit yang diderita sisakit merupakan kemurkaan dari dewa atau roh jahat oleh sebab itu perlu memohon ampunan agar penyakit yang diderita dapat disembuhkan. Properti yang digunakan dalam upacara besale sangat sarat dengan simbol-simbol.
Dari proses adaptasinya dengan lingkungan, Suku Anak Dalam juga memilki pengetahuan tentang bahan pengobatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Melalui panca indranya mampu membedakan tumbuhan beracun dan tidak beracun termasuk mengolahnya. Pengetahuannya tentang teknologi sangat sederhana, namun memiliki kemampuan mendeteksi masalah cuaca, penyakit dan mencari jejak.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perkembangan peradaban manusia terasa begitu cepatnya, kita tentunya mengenal masyarakat primitif, pada era itu seseorang untuk mendapatkan suatu barang harus ditukar dengan barang lagi (barter). Selain itu masyarakat primitif juga belum mengenal adanya listrik, biasanya mereka hidup hanya mengandalkan cahaya matahari dikala siang dan malam tiadak ada penerangan sama sekali, mereka juga menganut agama yang telah dianut oleh nenek moyangnya terlebih dahulu agama mereka dapat secara turun-temurun dan jarang sekali ada masyarakat primitif yang mau melanggar apa yang telah digariskan olehnya karena pemikirannya masih sangat kolot, sehingga hal-hal yang diangap tabu menjadi sesuatu yang sangat dipantang oleh mereka.

B.     Saran
Seharusnya masyarakat primitive harus lebih terbuka dengan dunia luar, agar mereka bisa memperoleh banyak informasi dengan dunia luar juga mereka bisa lebih terbuka dengan kecanggihan teknologi-teknologi yang ada dijaman sekarang. Pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakat-masyarakat primitive agar mereka tidak ketinggalan dengan masyarakat lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

http://silviwahyuni.wordpress.com/2010/11/20/masyarakat-primitif/
http://zona-orang-gila.blogspot.com/2010/10/kehidupan-primitif-suku-kubu-anak-dalam.html
http://zhuldyn.wordpress.com/2011/09/18/ilmu-sosial-budaya-dasar-tugas-pertemuan-5-dan-6/


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar